Makalah Metode Penelitian Ilmiah dan Metode Akal Sehat

I. Metode Ilmiah dan Metode Akal Sehat


Metode penelitian ilmiah sering dibedakan dengan metode akalsehat (common sense) terutama dalam proses penelitiannya.Proses penelitian ilmiah bersifat empiris, terkendali, analitis,dan sistematis. Ciri-ciri ini secara terpadu tidak terdapat pada metode akal sehat. Kerlinger membedakan metode ilmiah dengan metode akal sehat dalam lima hal, yaitu:
  1. Pertama-tama pada penggunaan pola konseptual danstruktur teoretis dalam menjelaskan gejala. Pendekatan dengan metode akal sehat menggunakan teori dan konsep secara longgar, sedangkan pendekatan ilmiah menggunakan teori dan konsep secara ketat dan terkendali. Pada pendekatan akal sehat, penjelasan tentang gejala atau fenomena tertentu sering diterima begitu saja tanpa mempertanyakannya lebih mendalam. Sejenis penyakit misalnya dipandang sebagai hukuman atas dosa. Para Ilmuwan tidak dapat menerima hal ini sebagai kebenaran. Mereka perlu memeriksanya secara realistis dan menguji kebenarannya secara empiris.
  2. Dalam pendekatan ilmiah, teori dan hipotesis diuji secara sistematis dan empiris. Pada pendekatan akal sehat, teoridan hipotesis diuji juga, tetapi secara selektif, dan tidak obyektif. Misalkan mereka memiliki pandangan tertentu terhadap orang-orang dari kelompok atau suku X. Pandang-an tertentu itu menghasilkan suatu stereotip tertentu terhadap kelompok/suku X. Misalnya mereka memandang orang-orang dari kelompok itu adalah orang-orang yang berinteligensi tinggi. Untuk membenarkan pandangan ini,dipilih sejumlah orang tertentu saja dari kelompok X yangpintar-pintar. Cara seperti ini tidak dapat diterima dalampendekatan ilmiah. Pembenaran teori dan pengujianhipotesis harus dilakukan secara sistematis dan empiris.
  3. Pada pendekatan ilmiah, pengamatan terhadap fenomena dilakukan secara terkendali (terkontrol). Cara seperti ini tidak terdapat pada pendekatan akal sehat. Untuk mengetahui sebab-sebab dari suatu peristiwa melalui pendekatan ilmiah, dikumpulkan seperangkat variabel yang diangkat sebagai variabel kontrol terhadap peristiwa yang dipelajari. Semua variabel yang tidak termasuk dalam variabel kontrol ini akan dikesampingkan. Cara seperti ini tidak dilakukan dalam pendekatan akal sehat. Apabila mereka percaya bahwa lingkungan permukiman yang kumuh mengakibatkan kenakalan remaja, maka kenakalan anak remaja di luar lingkungan permukiman kumuh itu tidak lagi diperhatikan.
  4. Pada pendekatan dengan akal sehat, dua fenomena yang muncul sering langsung dihubungkan dalam satu hubungan sebab akibat tanpa melalui penelitian yang dilakukan secara sistematis. Misalkan sejumlah anak menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. Di pihak lain diketahui pula bahwa anak-anak itu pada umumnya berasal dari golongan ekonomi kuat. Dari kedua fenomena ini ditarik kesimpulan bahwa keadaan ekonomi yang kuat menyebabkan prestasi belajar yang tinggi. Cara seperti ini tidak bisa diterima dalam pendekatan secara ilmiah.
  5. Pendekatan ilmiah selalu bersifat empiris, dalam arti harusada penjelasan tentang hubungan di antara fenomena-fenomena, yang dilakukan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang realistis dan mengesampingkan semua halyang bersifat metafisik. Sebagai contoh, hama tikus merajalela di sawah dan merusak tanaman karena Dewi Sri marah atas ulah manusia yang serakah. Penyebab dari merajalelanya hama tikus tidak dicari dalam dunia metafisik seperti itu, tetapi di dalam dunia empiris.'? 

II. Pengertian Penelitian Ilmiah 


Penelitian ilmiah sebagai proses bertanya-menjawab memperhatikan peristiwa-peristiwa empiris dalam kerangka berpikir teoretis tertentu. Peristiwa-peristiwa empiris sebagai pusat perhatian dapat dibedakan atas gejala-gejala alam dangejala-gejala sosial. Gejala-gejala alam adalah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di alam bukan karena perbuatan manusia secara langsung, misalnya gempa bumi, meletusnyagunung berapi, dan banjir. Fenomena sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok. Penelitian terhadap gejala-gejala seperti itu disebut penelitian sosial. Nan Linmenjelaskan penelitian sosial sebagai berikut:
Social research is conducted, first of all, to detect regu-larities in various social relations. It is also conducted toprovide clues to possible solutions to social problems. Thefirst reason is conceptual or theoretical one, and the sec-ond a pragmatic or applied one.'

"Sasaran penelitian sosial adalah gejala-gejala sosial yang terdapat di dalam berbagai relasi sosial. Terhadap gejala-gejalaItu akan diteliti apakah ada keteraturan di dalamnya. Dengan kata lain apakah gejala-gejala tersebut bekerja menurut aturan atau hukum tertentu. Kalau gejala-gejala itu kita umpamakan dengan seperangkat bilangan, misalnya 2, 4, 8, 16, maka segerakita ketahui bahwa di antara keempat bilangan tersebut adasuatu aturan yang menghubungkannya, yaitu hukum penggandaan. Bilangan 2 digandakan menjadi 4, bilangan 4 digandakan menjadi 8, dan seterusnya. Dengan ditemukannyahukum seperti itu, maka kita dapat memberi penjelasan tentang sifat hubungan yang bekerja di dalam fenomena tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan prediksi terhadap bilangan yang diperkirakan akan keluar, yaitu 32, 64, dan seterusnya.

Oleh karena itu, tujuan penelitian yang pertama menurut Nan Lin adalah untuk menemukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam gejala-gejala itu, dan tujuan yang kedua adalah untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam relasi-relasi sosial. Dengan kata lain, suatu penelitian mempunyai dua macam signifikansi (pentingnya, manfaatnya),yaitu signifikansi teoretis karena ia dapat mengembangkan teori, dan signifikansi praktis karena ia dapat memberi bantuan dalam memecahkan masalah.

Pada definisi Nan Lin tersebut tidak ada penjelasan tentang bagaimana penelitian itu dilakukan secara ilmiah. Definisitersebut bersifat finalis karena hanya menggambarkan tujuan dari penelitian itu sendiri. Pengertian penelitian dilihat darisegi prosesnya, kita temukan dalam definisi yang diberikan oleh Kerlinger sebagai berikut:

Scientific research is systematic, controlled, empirical,and critical investigation of hypotetical proposition aboutthe presumed relations among natural phenomena."

"Definisi ini menjelaskan bahwa proses penelitian itupertama-tama adalah menyusun hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan terdapat di antara fenomena-fenomena itu. Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Ada empat kriteria yang perlu dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah, yaitu:
  1. Penelitian dilakukan secara sistematis. Prosesnya dilakukan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahapharus dilakukan secara berurut, tidak boleh melangkahi tahap sebelumnya untuk langsung pada tahap terakhir atau tahap yang jauh di atasnya.
  2. Penelitian dilakukan secara terkendali. Perumusan konsepdan hipotesis secara operasional merupakan kendali dalam mengarahkan seluruh kegiatan penelitian.
  3. Penelitian dilakukan secara empiris. Masalah-masalah yang akan diteliti adalah masalah yang bersifat empiris.Semua konsep yang tercakup dalam penelitian harus terhubung secara operasional dalam dunia nyata. 
  4. Penelitian bersifat kritis. Kritis di sini berarti ada tolokukur (kriteria) yang dipakai untuk menentukan sesuatu yang dapat diterima, baik secara eksplisit maupun implisit.Tolok ukur dalam menetapkan hipotesis, tolok ukur dalam menetapkan besarnya sampel penelitian, tolok ukur dalam menetapkan besarnya sampel penelitian, tolok ukur dalam memilih metode pengumpulan data, tolok ukur dalam memilih alat analisis, dan sebagainya.

III. Tipe Penelitian

Seperti telah disebutkan sebelumnya, penelitian bertitik tolakpada pertanyaan, bukan pernyataan. Jawaban dari suatu pertanyaan akan dipertanyakan lagi, sehingga kita sampai pada pertanyaan yang paling mendasar. Pertanyaan dasar tersebut menentukan tipe penelitian yang hendak dilaksanakan. Ada 3 pertanyaan dasar yang menentukan tipe penelitian secara empiris, yaitu (1) apa, (2) bagaimana, dan (3) mengapa.

1. Penelitian Eksploratif

Tipe penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan dasar yang pertama, yaitu apa. Pertanyaan ini ingin mengetahui suatu gejala atau peristiwa dengan melakukan penjajakan terhadap pejala tersebut. Penjajakan ini dilakukan tidak secara sistematis, dalam arti tidak didasarkan pada hipotesis, dantidak ditarik sampel. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode “bola salju,” yaitu dengan bertanya kepada satu orangkemudian diteruskan kepada orang lain, dan kalau belum puas diteruskan lagi kepada orang lain lagi, sampai diperoleh. informasi yang lebih lengkap tentang masalah yang diteliti.
Sebagai contoh, jika kita pada suatu waktu melihat ada banyak orang berkumpul di suatu tempat, dan karena gejala itu tidak biasa terjadi, maka timbul keinginan kita untuk mengetahuinya. Oleh karena itu, kita mendekati kerumunan orang banyak itu dan bertanya kepada seseorang yang ada disitu. Kalau informasi yang diperoleh dari orang tersebut kurang memuaskan atau kurang dapat dipercaya, maka kita melanjutkan pertanyaan kita kepada orang lain lagi sedemikian sehingga informasi itu menjadi lengkap. Dari informasi-informasi itu akhirnya diketahui bahwa peristiwa Itu adalah tabrakan kendaraan bermotor.

2. Penelitian Deskriptif

Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu bagaimana. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Dari contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa peristiwa itu adalah tabrakan kendaraan bermotor. Dengan penelitian deskriptif,kita ingin mengetahui lagi bagaimana tabrakan itu terjadi. Dengan demikian, temuan-temuan dari penelitian deskriptif lebih luas dan lebih terperinci daripada penelitian eksploratif.Dikatakan lebih luas karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yangberhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena varlabel-variabel tersebut diuraikan atas faktor-faktornya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, penelitian dilakukan dengan menarik sampel.

3. Penelitian Eksplanatif

Tipe penelitian ini bertitik tolak pada pertanyaan dasarmengapa. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa yangterjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi ingin juga mengetahui mengapa peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, kita ingin menjelaskan terjadinya suatu peristiwa. Sebagai contoh, kalau dari penelitian eksploratif kita mengetahui bahwa masalahnya adalah krisis moneter, dan melalui penelitian deskriptif diketahui bagaimana krisis moneter itu terjadi, maka penelitian eksplanatif menjelaskan mengapa krisis moneter itu terjadi. Untuk itu perlu diidentifikasikan berbagai variabel di luar variabel krisis moneter yang diperkirakan dapat memberi penjelasan terhadap masalah itu. Variabel-variabel tersebut tidak terbatas pada variabel ekonomi, tetapi jugavariabel politik, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Penelitian seperti ini didasarkan pada hipotesis-hipotesis yang datanya dikumpulkan dengan metode sampling.

4. Penelitian Eksperimen 

Ketiga tipe penelitian yang disebutkan di atas disebut jugaexpost fact research. Disebut demikian karena peristiwa yang diteliti sudah terjadi sehingga data-datanya dapat dilacakkembali melalui kuesioner atau dokumen-dokumen yangrelevan. Tetapi, ada juga penelitian di mana datanya belum pernah ada, sehingga harus diciptakan terlebih dahulu. Penemuan-penemuan baru, seperti metode mengajar yang baru atau bibit unggul suatu tanaman, memerlukan suatu pembuktian bahwa metode baru atau bibit unggul itu memang lebih efektif. Misalnya pengajaran dengan menggunakan au-dio visual (AVA) di suatu daerah terpencil, di mana metode itu belum pernah digunakan sebelumnya. Untuk maksud tersebut kita melakukan pengajaran dengan metode AVA itu kepada sekelompok murid di daerah tersebut. Dengan demikian kita mendapatkan data tentang seberapa jauh keefektifan pengajaran dengan metode itu.

Kelompok murid yang dijadikan praktik metode AVA itu disebut kelompok eksperimen. Untuk mengetahui apakah hasilnya lebih efektif, maka kepada kelompok murid yang sama, atau kelompok murid lain yang hampir sama, kita beri pelajaran yang sama dengan metode yang biasa dipergunakan. Kelompok ini disebut kelompok kontrol. Hasil dari kelompok kontrol menjadi pembanding dari kelompok eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelompok eksperimen itu lebih efektifdaripada hasil kelompok kontrol. Tipe penelitian seperti inidisebut penelitian eksperimen. Tipe penelitian ini sangat berguna untuk mengembangkan inovasi-inovasi yang berguna dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

IV. Manfaat Penelitian 

Pengertian penelitian menurut Nan Lin (lihat bagian E:Pengertian Penelitian Ilmiah) mengandung 2 manfaat penelitian, yaitu (1) manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teoritertentu disebut penelitian verifikatif. Keraguan terhadapsuatu teori muncul jika teori yang bersangkutan tidak bisalagi menjelaskan peristiwa-peristiwa aktual yang dihadapi.Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitianempiris, dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan, atau merevisi teori yang bersangkutan.

Demikianlah teori berkembang terus melalui penelitian, dandengan demikian ilmu pengetahuan berkembang terus tanpabatas. Itulah sebabnya penelitian ditempatkan sebagai darmakedua pada tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga yang mengelola ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis 

Pada sisi lain, penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Mengubah lahan kering menjadilahan yang subur, mengubah cara kerja supaya lebih efisien,dan mengubah kurikulum supaya lebih berdaya guna: bagi pembangunan sumber daya manusia merupakan contoh-contoh permasalahan yang dapat dibantu pemecahannya melalui penelitian ilmiah. Hampir semua lembaga yang adadi masyarakat, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta, menyadari manfaat ini dengan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai bagian integral dalam organisasi mereka.Kedua manfaat penelitian tersebut merupakan syarat dilakukannya suatu penelitian sebagaimana dinyatakan dalam rancangan (desain) penelitian.

Catatan

  1. Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, hlm. 35.
  2. Hatta, M. 1960. Pengantar ke dalam Ilmu Pengetahuan. Jakarta:PT Pembangunan, hlm. 5.
  3. Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York:McGraw-Hill Book Company, hlm. 17.
  4. Kerlinger, Fred N. 1973. Foundation of Behavioral Research. NewYork: Holt Rinehart and Winston, hlm 9.
  5. Hadi, Sutrisno. 1978. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta:Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,hlm. 14.
  6. Nan Lin, op cit., hlm. 19.
  7. Kerlinger, loc cit.8. Suriasumantri, op cit., hlm. 50. 
  8. Babbie, Earl. 1992. The Practice of Social Research. Belmont:Wadsworth Publishing Company, hlm. 9.
  9. Ibid., hlm. 7.
  10. Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indone-sia.
  11. Kerlinger, op cit., hlm. 3.
  12. Nan Lin, op cit., hlm. 5.
  13. Kerlinger, op cit., hlm. 11.

Lembar Kerja

  1. Jelaskan perbedaan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam filsafat ilmu pengetahuan.
  2. Apa yang dimaksud dengan teori? Jelaskan ketiga jenis fungsinya.
  3. Apa perbedaan antara teori, proposisi, dan konsep?
  4. Jelaskan paling sedikit 5 cara untuk memperoleh pengetahuan.
  5. Sebutkan paling sedikit 4 perbedaan antara metode ilmiah dan metode akal sehat dalam memperoleh pengetahuan yang benar.
  6. Jelaskan hakikat penelitian ilmiah.
  7. Jelaskan perbedaan pengertian penelitian menurut Nan Lindan menurut Kerlinger.
  8. Jelaskan perbedaan antara expost fact research danpenelitian eksperimen.
  9. Jelaskan dua macam manfaat penelitian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel