Makalah Pencemaran Makanan Oleh Serangga Dan Hama
Rabu, 04 Juni 2014
BAB I
PENCEMARAN MAKANAN OLEH SERANGGA DAN HAMA
Kerusakann bahan pangan, tergantung dari jenis bahan pangan berlansung secara lambat misal nya biji bijian atau kacang –kacangan atau dapat lansung secara senggang cepat misal pada susu dan hati .
Penyebab Utama Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan kapang: aktivitas enzim-enzim didalam bahan pangan: serangga, parasit, dan tikus: suhu termasuk suhu pamanasan, pandinginan, kadar air, udara terutama oksigen, sinar, dan jangka waktu penyimpanan.
Serangga, Parasit, dan Tikus
Serangga terutama dapat merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan umbi-umbian. Yang menjadi masalah bukan hanya jumlah bahan pangan yang dimakan oleh serangga tersebut, tetapi yang lebih penting bahwa serangga tersebut akan melukai permukaan bahan pangan sehinnga dapat mantyebabkan kontaminasi oleh bakteri, ragi atau kapang.
Pada biji-bijian atau buah-buahan serangga dapat dicegah secara pungigasi dengan beberapa zat kimia seperti metel, bromida, etilen oksida dan pofilen oksida. Etilena dan profilena tidak boleh digunakan untuk bahan pangan yang mempunyai kadar air tinggi, karena kemungkina dapat membentuk racun.
Telur-telur serangga dapat tertinggal didalam makanan sebelum dan sesudah pengolahan misalnya didalam tepung untuk menghancurkan telur-telur serangga tersebut biasanya tepung untuk menghancurkan telur-telur serangga tersebut biasanya tepung dipusingkan dalam sentripusa, sehingga dengan bentur-benturan yang keras dari dinding sentripusa telur-telur tersebut akan pecah, meskipun pecahan telur ini masih tetap tertinggal didalam tepung akan pecah meskipun pecahan telur ini masih tetap tertinggal didalam tepung akan pecah meskipun pecahan telur ini masih tetap tertinggal didalam tepung, tetapi tidak dapat memperbanyak diri lebih lanjut.
Parasit yang banyak ditemukan misalnya didalam daging babi adalah cacing pita(Trichinella Spiralis) cacing pita tersebut masuk kedalam tubuh babi melalui sisa-sisa makanan yang mereka makan. Daging babi yang tidak dimasak dapat menjadi sumber kontominasi bagi manusia. Cacing dalam bahan pangan mungkin dapat diamati dengan pembekuan.
Tikus merupakan persoalan yang penting diindonesia. Khususnya merupakan ancama yang berbahaya baik terhadap hasil biji-bujian sebelum dipanen maupun terhadap bahan yang disimpan didalam gudang. Tikus busuk hanya merugikan karena makan bahan pangan, tetapi karena juga kotorannya,rambutnya atau air kencingnya dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan dapat menimbulkan bau yang tidak enak.
BAB II
MICROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT MENULAR
1.salmonela
Bakteri dari genus salmonela merupakan bakteri penyebab infeksi jika tertelan dan masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonela. Gejala salmonela losis yang paling sering adalah gatroteritis beberapa spesies salmonela yang dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya misalnya demam eteririk seperti demam tifoit dan demam para tifoid serta infeksi lokal.
Sifat-sifat salmonela
Terdapat seribu sarotifo salmonela diantaranya adalah s.typhi, s.paratyhpi A,S, paratiphi B,S. Paratyphi sebagai penyebab demam enterik spesies atau serotyphi salmonela yang tidak menyebabkan demam enterik bersifat primer pada hewan.
Salmonella merupakan salah satu genus dari emetro bacteriacea bentuk batangan gram negatif anaerobik fakultatif dan anrogenik. Biasanya bersifat mitula dan mempunyai flagela peri trikus kecuali S,galinarum-pullarum yang selalu bersifat non mutile kebanyakan stren bersifat anrogenik dapat menggunakan sifat sumber karbon dan terbentuk H2S.
S. typhi dapat memproduksi H2S tetapi tidak dapat memproduksi H2s tetapi tidak dapat membentuuk gas dari glukosa. Berbeda denganlainnya. S typhi tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tidak dapat melakukan dekar boksilasi terhadap oritin dan tidak mempermentasikan ramonosa,galmonela tidak memproduksi deaksibonuklease,lipase,serta mempunyai kandungan G+C sekitar 5-3 mol %
Bakteri ini dapat tumbuh dengan suhu antara 5 C denagan suhu optimum sampai 35-37 C beberapa sel dapat hidup selama penyimpanan beku disamping salmonella dapat tumbuh pada PH 4,1-9,0 dengan PH optimum 6,5-7,5 nilai PH minimum perpariasi tergantung kepada seratipe, suhu inkubasi komposisi media awe dengan jumlah pada PH dibawah 4,0 dan atas 9,0 salmonela akan mati secara perlahan.
Salmonela mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau maupun rasa dari makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella di dalam suatu makanan, semakin besa timbulnya gejala infeksi pada orang yang menelan makanan tersebut dan semakin cepat waktu inkubasi, sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan yang sering kontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan nasi olahannya,ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta sosis dan hasil olahannya seperti es krim dan keju.
Manusia dan hewan merupakan sumber kontaminasi, salmonella serta langsung maupun tidak langsung. Bakteri ini dapat berasal dari manusia atau hewan yang terserang salmonela losis, atau dari pembawa (carrier) bakteri tersebut. Bakteri ini dapat dibawa oleh anjing, kucing, sapi dan ternak lainnya, tetapi yang utama mengkontaminasi adalah yang berasal dari ternak unggas dan tikus.
Ayam, itik, kelinci dan angsa sering mengalami infeksi, salmonella dan jumlah yang tinggi mengalami infeksi salmonella dalam jumlah yang tinggi, sering bakteri ini biasa terdapat di dalam kotornya atau dagingnya. Telur baik yang masih utuh maupun yang telah dibekukan atau di keringkan dapat merupakan sumber salmonella, kontaminasi pada ternak unggas dapat terjadi sebelum di sembelih, selama pengembelian, sebelum atau sesudah pengolahan.
Pencegahan kontaminasi salmonella pada makanan. Pencucian telur terutama yang di tujukan untuk menghilangkan tanah dan kotorran, sebaiknya dapat mestimulir terjadinya kontaminasi oleh salmonella. Pencucian terlur dengan air hangat pada suhu 65,6°C selama 3 menit dapat mengurangi salmonella. Penucian dengan larutan deterjen pada suhu 49 °C dapat mengurangi salmonela pada permukaan telur, tetapi perlakuan ini tidak efesien bila dilakukan setelah salmonella menembus kulit telur dan masuk kedalam membran telur untuk mengurangi kontaminasi salmonella pada daging ayam dapat di lakukan beberapa cara misalnya dengan disemprotkan menggunakan 200 ppm larutan kaolin, Na hipoklorit atau pencelupan di dalam larutan 3 % asam suksinat atau 0,5 % asam glutaruldehida pada Ph 8,6. Perlakuan-perlakuan ini umumnya gampang dipraktekkan kerana mempengaruhi bau dan rasa makanan
Perlakuan-perlakuan lainnya dapat membunuh salmonela, misalnya perlakuan dengan asam asetas, H2O2 radiasi ionosasi, radiasi ultraviolet dan pemanasan dengan menggunakan oven microwave.
Pencegahan kontaminasi dapat dilakukan dengan melalui sanitasi yang baik terhadap lalat-lalat pengolahan, ruang pengolahan, lingkungan, dan pekerja-pekerja, serangga dan lalat harus di jauhkan dari makanan. Makanan tidak boleh di biarkan terlalu lama pada suhu kamar, dan penyimpanan harus dilakukan pada suhu rendah. Pemeriksaan hewan daging di tempat penyembelihan merupakan cara yang baik untuk mencapai kosumsi daging yang mengandung salmonella.
2. Infeksi Virus Melalui Makanan
Virus dapat ditularkan pada manusia melalui sentuhan langsung melalui udara gigitan serangga, menelan minuman dan makanan. Virus masuk kedalam makanan melalui kontaminasi primer (pada waktu pemanenan atau penyembelihan) atau melalui kontaminasi sekunder (semua pengolahan penyimpanan atau transportasi)
Kontaminasi primer virus dapat terjadi pada produk daging (terutama daging sapi) sosis, sayuran, dan kerang kontaminan virus selama pengolahan dan penyimpanan dapat terjadi melalui serangga, alat-alat pengolahan air yang tercemar udara atas bekerja pengolahan sampai pembawa virus.
Virus yang mungkin dapat pada bahan pangan hewani, antara lain:
1. Virus yang dapat menginfeksi hewan tetapi tidak terhadap manusia
2. Virus yang berasal dari hewan (zoonosis) dan dapat menginfeksi manusia serta
3. Virus yang berasal dari manusia dan dapat menginfeksi hewan.
Temasuk kelompok pertama antara lain virus penyebab penyakit mulut kuku virus enderpest yang sering menyebabkan penyakit dan kerugian pada hewan ternak enterovrisu andenoviru, dan reovirus.
Enterovirus merupakan kelompok virus yang termasuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, berkembang biak disaluran usus manusia keluar dari tubuh bersama kotoran.
Virus-virus penyebab penyakit yang sering ditularkan melalui bahan makanan adalah enterovirus yang terdiri dari poliovirus, echovirus dan coxsackievirus yang merupakan anggota grup piconovirus yang berukuran kecil dengan asam nukleat RNA, serta virus hepatitis yang termasuk dalam grop herpesvirus (virus DNA). Echovirus dan cayasackievirus menyebabkan penyakit pernafasan dan sering mengkontaminasi makanan melalui alat-alat pengolahan, tangan dan doroflet pekerja pengolahan makanan yang menderita penyakit tersebut.
BAB III
CARA-CARA PENCEGAHAN KERACUNAN MAKANAN DAN PENYAKIT MENULAR
Makanan dan alat yang digunakan dalam penanganan makanan merupakan suatu sarana untuk timbulnya penyakit bagi mereka yang mengkomsusinya apabila pengolahan penanganannya, penyimpanan dan pengendaliannya tidak memperhatikan, penyimpanan dan pengendaliannya dengan kelayakan suatu makanan yang baik dan tidak membahayakan untuk di komsumsi.
Makanan sejak pengadaan, proses pembuatan, pengemasan sampai siap untuk dihidangkan harus terhindari dari penceraman oleh mikroorganisme berbahaya.
1. Pencegahan keracunan B. Cereus
Pemanasan yang dilakukan dalam pengolahan makanan mungkin dapat membunuh sel vegetative dari B.cereus dan menginaktifkan penyebab diare. Tetapi taksin emetic yang sangat temui panas mungkin masih aktif.
Dari berbagai pemasan cara yang terbaik untuk membunuh sel vegatatis dan spora B.cereus adalah dengan cara pemanasan betekanan, pemanggang dan penggorengan. Pemanasan pada suhu dibawah 100° C menekan beberapa spora B.cereus masih aktif.
Cara yang terbaik baik untuk mengkomsumsi makanan, termasuk nasi adalah dalam keadaan hangat segera setelah di masak. Untuk mencegah kontaminasi B.cereus pada nasi dianjurkan memasak nasi dalam jumlah secukupnya. Sehingga tidak perlu disimpan lama.
Pencegahan Keracunan Bongkrek
Cara-cara yang bijaksana melalui pendekatan, pendidikan atau ceramat-ceramat paku pembuat pencegahan terbentuknya bongkrerk dapat dilakukan sebelum atau selama pengolahan, pencegahan sebelum pengolahan meliputi penggunaan bahan mentah bersih dan bebas dari kontaminasi, mikroba, selain itu perlu diperhatikan ruang, alat-alat tangan atau pakaian yang dapat merupakan sumber kontaminasi dalam pembuatan tempe bongkrek.
3. Pencegahan Batulime
Batu limas merupakan penyakit yang disebabkan oleh peracun yang mengandung batulinia. Racun batulini dihasilkan oleh bakteri clostridin batulina racun ini bersifat neurotaksik yang tidak tahan panas (Thermokobil)
Gejala penyakit batulismas dapat sekitar 8-12 jam setelah makan yang tercemar batulinia. Segalanya meliputi, kesulitan bercakap, biji mutu lebar penglihatan ganda, mulut terasa kering, mual-mualan, dan tidak dapat menelan.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit batulisniul dilakukan dengan cara-cara pengawasan kualitas ketat oleh industri pengolahan pangan.
Cara-cara Pencegahan Penyakit Menular Melalui Makanan
Pencegahan secara sederhanan berarti menghambat pengkembangan penyakit itu nama penaksian sekuran ten musala pada menghatikan progresivitas dari penyakit.
Untuk timbulnya suatu infeksi harus dipenuhi beberapa syarat lain adanya yakni masuk bagiu mikroorganisme dan/ atau racun yang dihasilkan melalui saluran pecernaan (mulut) dengan jumlah yang cukup.
Sebagai sumber infeksi tersebut pada manusia yaitu penderita ifneksi sendiri atau “carries” (Pembawa) baik yang sehat atau pada masa penyembuhan: binatang yang kita kenal sebagai Zoonosis: serangga yang kita kenal sebagai antropoddenne milsa nyamuk, lalat, kutu yang kita sebut sebagai pektor baik mekanis maupun biologis, taman dapat sebagia sumber infeksi, air dan makanan juga meruakan sumber infeksi yang bisa masuk melalui mulut.
Faktor Lingkungan
Pencegahan penyakit inveksi dapat dikatakan melalui pemeliharaan kesehatan lingkungan antara lain sanitasi, lingkungan yang sangat penting bagi penduduk terutama, pemberantasan vektor-vektor penyebab penyakit atar tepat terjamin kesehatan lingkungan baik.
Banyak sekali timbulnya berbagai penyakit di masyarakat yang berjangkit secara epidem yang sebelnya dapat dicegah melaui terjaminnya kesehatan lingkungan yang baik.
Penyedia Air Bersih
Air bersih suatu air yang jernih, tidak berbau dan tidak mengandung mineral atau maknan yang membahayakan kesehatan untuk penyedia air bersih harus diberikan pengaliran. Tentang perhubya air berish agar menunjang kehidupan yang sehat. Hal ini dapa dilakukan dengan penempatan sumber mata air, pembuatan sumur bor atau atretis atau sumur gali, yang sesuai dengan persyaratan untuk kesehatan kesehatan dan juga sebagai air ledeng di daerah perkotaan.
Pemberantasan Hewan Perantara
Penyediaan tempat pembuangan kotoran baik berupa tempat sampah, atau tinja harus diperhatikan sesuai dengan persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan serangga perantara penyakit (nyamuk) kecoa, lalat, dan lain-lain) serta tikus bersarang.
Perbaikan Perumahan
Membuat sedemikian juga atar penanaman dan halaman dapat terawat sebaik mungkin, sehingga tidak memungkinkan tikus bersarang, selain pembuatan riolering yang baik dan memenuhi syarat.
Peningkatan Gizi Masyarakat
Untuk meningkatkan gizi masyarakat adlaha dengan memberi penyuluhan pada masyarakat terutama yang kurang berpendidikan mengenai ketidak tahuan tentang mamfaat gizi bagi kesehatan, selain itu adnaya anggapan yang kelima mengenai suatu jenis makanan di samping faktor sosial, ekonomi perlu ditingkatkan untuk memperoleh gizi cukup pada masyarakat. Usaha-usaha penyuluhan berupa penyuluhan gizi peningkatan pemakaian dan manfaat air susu ibu, pemanfaatan halaman rumah untuk ditemani tercemar bergizi.
Usaha lain yaitu dengan segera melakukan pengobatan yang cepat terhadap orang-orang yang terserang penyakit orang-orang yang dianggap carries agar tidak menyebar kepada orang lain.